Corak Batik Nusantara

Bookmark and Share

Corak Batik Nusantara : Bagian serta Penggolongan berdasarkan bentuknya

Batik Nusantara memiliki corak yang beraneka ragam. Berbagai bentuk dan unsur keragaman budaya yang sangat kata dapat dilihat dalam corak batik. Corak Batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut dengan canting.Jumlah corak batik Indonesia saat ini sangat beragam, baik variasi bentuk maupun warnanya. Menurut Wikipedia Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Bagian Corak Batik :

Ornamen 

Merupakan unsur pokok dalam motif berupa gambar dengan bentuk  tertentu yang berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah pola.  Ornamen ini disebut juga ornamen pokok.  Berikut adalah ornamen-ornamen pokok tradisional klasik yang antara lain terdiri atas: Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Candi atau Perahu (Bangunan), Lidah api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu.

Meru adalah bentuk seperti gunung, kadang digambarkan dengan rangkaian tiga gunung dengan gunung yang di tengah sebagai gunung puncak. Dalam pengertian indonesia kuno, gunung melambangkan unsur ‘bumi’ atau ‘tanah’ yang merupakan salah satu elemen dari ‘empat unsur hidup’ yaitu Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam kebudayaan Jawa-Hindu, meru menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa. Kini karena kurangnya pengetahuan para pembatik atas arti dan bentuk ornamen semula, Meru juga mengalami perubahan seperti digabung dengan bagian tumbuhan, dibentuk hingga bentuk asal tidak nyata lagi.

Pohon Hayat disebut juga Pohon Surga, merupakan suatu bentuk pohon khayalan yang bersifat perkasa dan sakti, dan merupakan lambang kehidupan. Pohon ini digambarkan terdiri atas batang, dahan, kuncup, daun, berakar tunjang atau sobrah. Pohon ini hampir terdapat di semua daerah di Indonesia dengan berbagai variasi. Di seni anyaman Kalimantan, pohon ini disebut Batang Garing. Dalam seni wayang disebut Gunungan atau Kayon. Pohon ini terdapat di relief Candi Jago dan di percaya telah ada sejak abad ke 13, namun bukti yang paling jelas adalah pohon ini terdapat di relief kompleks makam Ratu Kalimanyat yang bertuliskan tahun 1559.

Tumbuhan digambarkan sebagai salah satu bagian seperti bunga, sekelompok daun atau kuncup, atau rangkaian dari bunga dan daun. Tumbuhan kadang digambarkan sebagai lung-lungan, yaitu tanaman menjalar bentuk berlengkung-lengkung. Pada motif batik klasik ornamen berperan sebagai ornamen pokok maupun ornamen pengisi.

Garuda digambarkan sebagai bentuk stilir dari burung garuda, atau rajawali atau kadang seperti burung merak. Garuda adalah makhluk khayalan yang perkasa dan sakti, kendaraan Dewa Wisnu juga digambarkan sebagai Garuda. Burung. Ada tiga macam ornamen burung dalam batik yaitu burung merak, burung phoenix,  yang terakhir adalah burung aneh atau burung khayalan. Ornamen burung juga digunakan sebagai ornamen pengisi selain ornamen pokok

Bangunan. Adalah ornamen yang menggambarkan bagian bangunan terdiri atas lantai atau dasar dan atap.
Lidah api. Ornamen lidah api digambarkan dalam 2 macam bentuk yaitu  sebagai deretan nyala api sebagai hiasan pinggir atau batas, dan berupa deretan ujung lidah api memanjang. Zaman dulu api melambangkan kekuatan sakti yang dpat mempengaruhi kepribadian manusia, yang kalau dikuasai dapat menjadi pemberani dan pahlawan, namun bila tidak menjadi angkara murka.

Naga adalah makhluk khayalan berupa ular besar yang mempunyai kekuatan luar biasa dan sakti. Sebagai ornamen naga digambarkan dengan bentuk seperti kepala raksasa dengan mahkota, kadang bersayap, kadang bersayap dan berkaki.
Binatang (berkaki empat). Binatang yang sering digunakan sebagai ornamen adalah lembu, kijang, gajah,  singa atau harimau, dan digambarkan secara unik misalnya gajah bersayap atau mempunyai ekor berbunga
Kupu-kupu. Ornamen ini biasanya digambarkan dengan sayap terkembang dari atas, dan biasanya terdapat pada golongan motif Semen dan Ceplok .

isen - isen

Berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan dan rawan, sirapan, cacah gori.

Corak Batik adalah hasil lukisan pada kain dengan menggunakan alat yang disebut canting. Jumlah corak batik di Indonesia saat ini sangat beragam,  baik variasi bentuk maupun warnanya

Corak hias geometris adalah corak hias yang mengandung unsur - unsur garis dan bangun, seperti garis miring, bujur sangkar, persegi panjang, trapesium, belah ketupat, jajar genjang, lingkaran dan bintang yang disusun secara berulang - ulang membentuksuatu kesatuan corak.

Corak hias geometris antara lain : ceplok, ganggong, parang dan lereng, banji.

Corak Ceplok atau ceplokan adalah corak batik yang di dalamnya terdapat gambaran - gambaran bentuk lingkaran, roset, binatang, dan variasinya. Beberapa nama corak ceplok yaitu :  ceplok nogo sari, ceplok supit urang, ceplok truntum, dan ceplok cakra kusuma.

Corak Ganggong, banyak yang menganggap corak Ganggong adalah corak ceplok karena sepintas hampir sama. Namun kalau diperhatikan dengan detail, akan terlihat perbedaan antara corak ganggong dan ceplok. Biasanya orang yang paham batik akan memerhatikan perbedaan ini, terutama bila batik akan digunakan untuk kepentingan tertentu. Ciri khas yang membedakan adalah bentuk isen yang terdiri atas seberkas garis yang panjangnya tidak sama, dan ujung garis yang paling panjang berbentuk serupa tanda +. Nama - nama corak gonggong antara lain : gonggong arjuna, gonggong madusari dan gonggong sari.

Corak Parang merupakan salah ssatu corak yang sangat terkenal dalam kelompok corak garis miring.Corak ini terdiri atas satu atau lebih ragam hias yang tersusun membentuk garis - garis sejajar dengan sudut kemiringan 45 derajat. Contoh corak parang dan lereng adalah parang rusak dan lereng ukel.
Corak Banji berdasar pada ornamen swastika, dibentuk atau disusun dengan menghubungkan swastika pada garis - garissehingga membentuk sebuah corak. Swastika ini menggambarkan kekerasan yang diterima oleh masyarakat  pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.Batik dengan corak banji memang berkembang pesat di saat terjadi penjajahan Jepang. Di masa kini, corak ini  tetap digunakan untuk melambangkan perjuangan melawan ketidak adilan. Nama - nama corak banji antara lainbanji guling, banji bengkok, banji kerton, dan banji lancip.
Corak hias non geometris adalah corak hias yang merupakan pola dengan susunan tidak terukur, artinya polanya tidak dapat diukur secara pasti, meskipun dalam bidang luas dapat terjadi pengulangan seluruh corak.

Corak hias non geometris antara lain : semen, lung - lungan, buketan dinamis.

Corak Semen, ragam hias utama yang merupakan ciri corak semen adalah meru, suatu gubahan menyerupai gunung. Meru berasal dari nama Gunung Mahameru. Hakikat Meru adalah gunung atau tempat tumbuh - tumbuhan bertunas(bersemi) hingga corak ini disebut semen. Semen berasal dari kata dasar semi. Ragam hias utama semen adalah garuda, sawat, lar, maupun mirong. Contoh corak semen adalah semen jolen dan semen gurdha.

Corak lung - lungan, sebagian besar corak lung - lungan mempunyai ragam hias serupa dengan corak semen. Berbeda dengan corak semen, ragam hias corak lung - lungan tidak selalu lengkap dan tidak mengandung ragam hias meru. Corak lung - lungan diantaranya adalah grageh waluh dan babon angrem.
Corak buketan, mudah dikenali lewat rangkaian bunga atau kelopak bunga dengan kupu - kupu, burung, atau berbagai bentuk dan jenis satwa kecil yang mengelilinginya. Berbagai unsur tersebut tampil sebagai satu susunan yang membentuk satu kesatuan corak.

Corak Pinggiran, disebut corak pinggirankarena unsur hiasannya terdiri atas ragam hias yang biasa digunakan untuk hiasan pinggir atau hiasan pembatas antara bidang yang memiliki hiasan dan bidang kosong pada dodot, kemben, dan udheg.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Post a Comment